Monday, September 29, 2014

Budidaya Atau Ternak Lele Bagian 2

BUDIDAYA IKAN LELE TAHAP PEMBENIHAN

Kegiatan ini memfokuskan kegiatan budidaya pada pengadaan benih atau larva ikan. Adapun faktor utama penentu keberhasilan adalah kualitas induk ikan. Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan ternak ikan lele subsektor pembenihan ini, terlebih dahulu harus melakukan survey untuk menyediakan induk ikan lele berkualitas. Indukan berkualitas akan menghasilkan benih atau larva ikan berkualitas pula sehingga perolehan keuntungan menjadi lebih optimal.


Secara teknis, kegiatan budidaya subsektor pembenihan dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa teknik atau sistem budidaya, yaitu secara tradisional, semiintensif, maupun intensif. Budidaya pembenihan secara tradisional pada dasarnya merupakan teknik budidaya dengan memanfaatkan potensi maupun sumberdaya apa adanya, selain itu teknologi budidaya yang diterapkan biasanya berdasarkan pengalaman peternak ikan secara turun temurun. 

Sementara itu, pembenihan ikan lele secara semiintensif merupakan perpaduan dari teknik budidaya pembenihan lele secara modern atau intensif dengan teknik budidaya pembenihan lele tradisional. Pada kegiatan ini, peternak lele memanfaatkan potensi maupun sumberdaya seperti pada budidaya pembenihan ikan lele tradisional, tetapi teknik pelaksanaan kegiatan budidaya pembenihan sudah dilakukan secara intensif, terutama dalam hal proses pematangan gonad dari induk-induk ikan. Pada teknik budidaya pembenihan ikan lele semiintensif ini, peternak lele telah memanfaatkan kemajuan teknologi dengan cara penyuntikan kelenjar hipofisa pada induk-induk ikan. Untuk lebih jelasnya, telah kami ulas lebih terperinci dalam artikel lain,

Sedangkan teknik budidaya pembenihan ikan lele secara intensif merupakan kegiatan pembenihan lele yang dilakukan sepenuhnya memanfaatkan kemajuan teknologi, baik sumberdaya maupun teknik budidaya yang diterapkan. Berhubung kami belum bisa mengumpulkan referensi secara lengkap mengenai teknologi budidaya pembenihan ikan lele secara intensif, maka kami belum bisa menyajikan informasi tentang hal itu. Selain itu, dengan mempertimbangkan faktor kecukupan modal peternak, akan lebih rasional untuk menerapkan teknologi budidaya pembenihan ikan lele secara tradisional maupun semiintensif.

KEGIATAN BUDIDAYA LELE PENDEDERAN

Usaha ternak ikan lele tahap pendederan pada intinya merupakan kegiatan pemeliharaan lele mulai dari memelihara benih atau larva ikan berukuran 1-3 cm, yang dihasilkan dari kegiatan budidaya subsektor pembenihan ikan lele hingga mencapai ukuran 3-5 cm. Biasanya kegiatan budidaya tahap ini memerlukan waktu kurang lebih 2-3 minggu. Selain itu, teknik ternak ikan lele tahap pendederan biasanya meliputi beberapa kegiatan, diantaranya penebaran benih lele, pengaturan air, pemberian pakan tambahan, pengendalian hama dan penyakit ikan lele, serta kegiatan panen. Hasil panen tahap pendederan lele selanjutnya dipelihara lagi pada tahap pembesaran, proses ini bisa dilakukan baik di kolam terpal, kolam tanah, maupun kolam tembok (semen).

Penebaran Bibit Lele

Penebaran bibit lele tahap pendederan sangat rentan terhadap kematian, terutama diakibatkan stress maupun luka saat penangkapan atau pengangkutan ikan. Padat penebaran lele antara 500-700 ekor/m2. Sehingga untuk kolam seluas 10 m2 bisa ditebar bibit ikan sebanyak 5.000-7.000 ekor. Penebaran bibit lele harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar resiko dapat diminimalisir, berikut cara penebaran bibit ikan lele untuk mengurangi resiko stres maupun luka akibat pemanenan dan pengangkutan :
  • Pemindahan bibit lele sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari saat suhu air belum terlalu tinggi. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses adaptasi bibit lele tebaran di lingkungan barunya. Jika pemindahan bibit dilakukan saat siang hari, apalagi jika terik matahari tinggi, bisa dipastikan bibit ikan banyak mengalami stress yang mengakibatkan tingkat kematian sangat tinggi.
  • Pengambilan bibit lele dilakukan menggunakan jaring dengan ukuran net rapat serta lembut. Tujuannya adalah agar bibit ikan lele tidak banyak mengalami kerusakan sehingga menimbulkan stress saat dilakukan penangkapan. Penangkapan menggunakan jaring kasar dikhawatirkan akan melukai tubuh bibit. Jika tubuh atau kulit ikan mengalami gesekan dengan benda kasar bahkan sampai terjadi luka atau lecet, akan mempengaruhi daya hidup saat dipindahkan ke kolam pemeliharan lain.
  • Bibit ikan lele hasil tangkapan kemudian ditempatkan di wadah yang sudah diisi air dari kolam yang akan digunakan sebagai tempat penebaran larva atau benih. Penggunaan air pada kolam penebaran larva lele bertujuan meningkatkan daya adaptasi benih di tempat barunya. Jika jarak kolam pendederan tersebut tidak cukup jauh, maka bisa menggunakan wadah berupa ember. Namun bila jaraknya lumayan jauh, sebaiknya bibit ikan hasil tangkapan terlebih dahulu dikumpulkan dalam hapa agar sirkulasi oksigen tetap terjamin. Sedangkan pemindahannya bisa menggunakan kantong plastik berisi oksigen.
  • Setelah wadah cukup penuh, bibit lele segera dipindah ke kolam penebaran secara hati-hati. Cara penebarannya adalah, wadah dimasukkan dalam kolam pendederan perlahan-lahan sampai air kolam masuk ke dalam wadah. Dengan cara demikian bibit lele yang baru dipindahkan akan berenang keluar dari wadah dengan sendirinya. Cara tersebut cukup efektif untuk mengurangi resiko bibit ikan lele mengalami stres di lingkungan perairan barunya.

No comments:

Post a Comment